Hipnotis
Bangkitkan Gairah Wanita....!!! kok bisa ya? mungkin begitulah judul yang pas buat artikel kali ini.
Banyak berita seputar kejahatan hipnotis di berbagai media
massa, hingga memunculkan berbagai persepsi masyarakat tentang ilmu hipnotis.
Banyak
miskonsepsi yang harus saya jelaskan terlebih dahulu tentang hipnotis atau
hipnotisme. Artikel ini akan mengupas tuntas kebenaran atau fakta ilmu hipnotis
yang mungkin sangat jarang sekali Anda temukan di luar sana. Artikel ini khusus
mengungkap tabir ilmu hipnotis dalam tindak kejahatan seksual atau pencabulan.
Perlu Anda
ketahui, bahwa hipnotis tidak dapat
memaksakan kehendak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan etika dasar atau
moral dari seseorang.
Lalu timbul
pertanyaan, kalau hipnotis tidak dapat memaksa kehendak dari seseorang yang
bertentangan dengan etika dasar, lantas kenapa ada wanita bisa dijadikan korban
seks atau cabul dengan mengatasnamakan ilmu hipnotis?
Pikiran kita
disusun dengan sedemikan rupa, ada dua fungsi besar pembagian pikiran, yakni
Pikiran Alam Sadar dan Pikiran Alam Bawah Sadar. Sesuatu hal berpotensi masuk
ke bagian Pikiran Alam Sadar dan Pikiran Bawah Sadar melalui panca indera
(visual, audio, kinesthetik, gustatory, dan olfactory). Seiring pertumbuhan dan
pengalaman, pikiran kita mengembangkan kemampuannya untuk berpikir rasional dan
kritis. Hal tersebut yang membuat kita mampu menimbang- nimbang dan mengambil
keputusan.
Jadi ketika seseorang menghipnotis, sugesti yang
disampaikan akan meluncur masuk ke dalam pikiran alam bawah sadar dan akan
menciptakan reaksi yang sungguh benar-benar ajaib. Tapi tidak segampang itu
sugesti di terima pikiran alam bawah sadar, karena sebelum sugesti diterima
pikiran bawah sadar, ada proses di mana setiap sugesti yang masuk harus melalui
critical area.
Critical area adalah penampungan
data sementara, dimana di tempat inilah data akan diproses berdasarkan analisa,
logika, pertimbangan etika, dll. Keaktifan Critical Area berbeda-beda untuk
setiap situasi dan kondisi, tergantung dari fokus, minat, dan emosi.
Dengan demikian
sesuai penjelasan saya di atas, jadi seseorang yang mengaku korban hipnotis hingga
melakukan hubungan seks atau perbuatan cabul, sudah dapat dipastikan bahwa sebenarnya
korban sudah memiliki keinginan (minimal rasa penasaran) untuk melakukan
perbuatan tersebut.
Seorang
pelaku hipnotis hanya menggali, mengeksplorasi, memfasilitasi apa yang sudah ada
terpendam di dalam pikiran bawah sadar korban. Pendeknya, kedua orang (penghipnotis
dan korban) dalam kondisi mau sama mau.
Jika kondisi
tersebut sudah tercipta, maka Sang Hipnotis bisa bereksperimen dengan apa saja melalui
sugesti hipnotis yang power full. Sugesti tersebut akan mengirimkan gelombang
relaksasi yang sangat menyenangkan atau rangsangan ke seluruh tubuh si korban.
Tipe relaksasi seperti itu akan memicu reaksi kimia di otak yang membuat korban
terangsang dan ingin melepaskan birahi, tanpa terkendali.
Jika sudah
sampai pada titik ini, Sang Hipnotis bebas untuk membuatnya mengimajinasikan
hal-hal erotis apapun yang bisa membuat aktifitas seks korban jauh lebih
menyenangkan, termasuk membuatnya orgasme hanya lewat kata-kata dan berbagai
keajaiban lainnya.
Hipnotisme
untuk keperluan seks seperti di atas sangat mungkin dilakukan, bahkan saya
menganjurkannya agar para pasangan sah (suami istri) berlatih menggunakannya
untuk semakin meningkatkan kualitas hubungan seks mereka. Misalnya: Seorang
suami dapat membantu istrinya untuk lebih mudah mengalami orgasme. Seorang
istri juga dapat menggunakan hipnotis untuk membantu suaminya untuk
mempertahankan ereksi dan menunda ejakulasi agar keduanya dapat bercinta dengan
lebih lama.
Hipnotis
semacam ini hanya bisa dipelajari dalam pelatihan-pelatihan hipnotis di “Griya
Sang Hipnotis”. Jadi sekali lagi, mungkinkah hipnotis untuk seks dan cabul?
Tentu saja, mungkin.
Demikan
artikel ini, semoga bermanfaat................