HUBUNGAN INTIM PALING NIKMAT

Sekarang timbul pertanyaan
kepada para suami atau istri, apakah selama ini orgasme atau puncuk kenikmatan
Anda saatu melakukan hubungan intim suami istri, sudah mampu mengantarkan Anda
lebih dekat dengan Tuhan???
Dalam
aspek spiritual, orgasme biologi yang membuat sesorang mengalami berbagai
sensasi rasa nikmat tiada tara, yang kenikmatannya tidak bisa diungkap dengan
kata-kata, hal ini tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan orgasme
spriritual yang kenikmatannya jauh lebih nikmat, jauh lebih indah, dan jauh
lebih sempurna ketika seseorang hamba merasakan kesatuan (ittihad) dengan Sang
Kekasih. Puncak dari segala puncak kenikmatan hamba manakala ia bisa merasakan kedekatan
diri, apalagi ittihad/dengan Tuhannya.
Foreplay
(stimulus atau rangsangan) yang sering dilakukan saat melakukan hubungan intim
suami istri dengan maksud agar memperolah puncak kenikmatan biologis, hal ini
juga berlaku saat sesorang hamba ingin merasakan kenikmatan orgasme spiritual,
yaitu dengan melakukan rangsangan (foreplay) yang dalam bentuk riyadhah atau
meroqobah, semacam spiritual exercises.
Layaknya
ketika seseorang hendak melakukan hubungan intim suami istri, membersihkan
badan, pakaian, dan mulut adalah ritual awal sebelum foreplay dimulai agar
tercipta suasana romantis untuk mendukung keakraban, kemesraan, dan merasa
saling memiliki, begitu juga ketika seorang hamba hendak mendekatkan diri pada
Tuhannya, maka mensucikan badan dari najis dan pembersihan dosa dengan tobat
merupakan salah satu syaratnya agar seorang hamba merasa dekat, bersatu, dan
menyatu dengan Tuhannya.
Ketika
seorang suami istri melakukan hubungan intim, selayaknya keduanya harus fokus
untuk saling memberikan rangsangan dan kebahagiaan kepada pasangannya, agar
suami istri merasakan puncak kenikmatan secara bersama-sama. Demikian halnya
seorang hamba diminta untuk khusuk dalam menjalankan ibadahnya, agar sisa-sisa
kenikmatan dan kesyahduan orgamse spiritual itu masih terasa seusai seorang
hamba menjalankan ibadahnya.
Seusai
menjalankan hubungan intim suami istri, seorang suami dan istri tidak
dianjurkan langsung meninggalkan pasangannya atau tidur mendengkur
disampingnya, agar sisa-sisa kenikmatan orgasme biologis tidak sirna begitu
saja. Sama halnya ketika seorang hamba seusai melaksankan ritual ibadah, tidak
dianjurkan juga langsung berkemas meninggalkan tempat ibadah atau sajadah,
seorang hamba diminta untuk terus berdzikir, agar sisa-sisa kenikmatan itu
terus terasa.
Itulah
sebabnya, secantik, semulus dan sebahenol apa pun bidadari di surga, tidak
membuat seorang hamba Tuhan (Sang Kekasih Allah) bergeming atasnya, karena
puncak kepuasan di surga bukan mendapatkan atau berhubungan intim dengan para
bidadari cantik, bukan pula mengkonsumsi aneka ragam makanan dan minuman, dan
juga bukan berbagai fasilitas atau perhiasan yang ada di dalamnya, namun puncak
kebahagiaan dan kenikmatan itu adalah “melihat” Allah.
Mengapa
seseorang seusai melakukan hubungan badan (suami-istri) diwajibkan mandi
junub??? Ibnu ‘Arabi seorang sufi ternama dijamannya, memberikan penjelasan
menarik dalam kitab “Futuhat al-Makkiyyah” tentang rahasia dibalik mandi junub.
Menurut Ibn ‘Arabi, mandi junub adalah salah satu bentuk pengungkapan
penyesalan seorang hamba terhadap Tuhannya, setelah yang bersangkutan melupakan
Tuhannya karena menikmati orgasme biologis. Ia harus mandi junub atau
mensucikan dirinya kembali agar peluang untuk mencapai kepuasan spiritual tidak
terdistorsi dengan kenikmatan dan kepuasan biologis yang baru saja di lakukan.
Itulah
sebabnya, Islam sangat menganjurkan agar berdoa sebelum melakukan hubungan
suami istri. Doa itu langsung diredaksikan sendiri oleh Nabi Muhammad, yang
artinya:
“Ya Allah, jauhkanlah kami
dari pengaruh setan dan jauhkan pula pengaruhnya terhadap rezeki yang engkau
anugerahkan kepada kami.”