Pengobatan Alexander Terapi Pelepasan Pemasangan Baju Besi Pelindung. Kebanyak dari kita
secara tak sadar memakai baju besi pelindung dalam berhubungan dengan
lingkungan kita. Sikap semacam ini menyulitkan kita dan sering membuat diri
kita merasa cemas, terkucil, depresi, dan tak ada yang menyangi diri kita.
Sikap memasang baju
besi pelindung seperti ini merupakan prilaku yang benar-benar tak disadari yang
mungkin telah berlangsung sejak awal masa kanak-kanak, atau mungkin bahkan
sejak masih bayi. Tapi kebiasaan itu bisa kita tiggalkan saat ini degan cara
melakukan pengamatan terhadap diri sendiri dengan cermat. Kita bisa
menanggalkan kebiasaan kita menggunakan ketegangan yang berlebihan dalam
pikiran-pikiran, gerakan-gerakan, dan hubungan-hubungan kita.
Melepaskan Pemasangan
Baju Besi Pelindung
Dalam
artikel ini, saya akan menjelaskan sedikit tentang cara “melepasakan pemasangan
baju besi pelindung” dengan menggunakan teknik pengobatan Alexander.
Teknik
pengobatan Alexander merupakan suatu metode yang praktis dan sederhana dalam
usaha belajar untuk memusatkan perhatian pada bagaimana kita mempergunakan diri kita sendiri dalam
mejalani aktivitas sehari-hari.
Teknik
pengobatan Alexander ini didasarkan pada sikap tubuh yang benar, sehingga tubuh
kita mampu berfungsi secara alami dan dengan jumlah usah otot yang minimal.
Teknik pengobatan Alexander ini sepenuhnya tak berbahaya, dengan teknik
pengobatan Alexander ini mampu mendorong terciptnya keadaan yang seimbang antra
jiwa dan tubuh dan juga sangan membantu menghilangkan sejumlah gangguan,
seperti pusing dan nyeri punggung.
Seorang
trainer pemberdayaan diri yang biasa mengisi berbagai acara seminar atau
workshop dari kota satu ke kota yang lain datang ke tempat saya, dan menceritakan
keluhanyaa kepada saya. Bahwa dalam setiap mengisis acara, ia sering terkendala
dengan kehilangan suara.
Saya
sarankan ia menggunakan teknik pengobatan Alexander. Setelah menggunakan teknik
pengobatan ini, ia menyadari bahwa memaksakan diri untuk setiap mengingat apa
yang harus dilakukan dan harus mengeraskan suaranya sehingga penonton yang
berada dikejahuan memapu mendengarkan suaranya ternyata yang mengakibatkan
dirinya sangat tertekan dan cara dirinya memberikan reaksi terhadap tuntutan
itu merupakan tindakan refleks yang cukup alami. Nyatanya, bahkan berpikir
tentang harus mengeraskan suaranya saja mampu membuat gejla-gejala yang dialaminya
muncul kembali dan dari situlah dia menyimpulan bahwa tentu ada hubungan yang
erat antara jiwa dan tubuh. Dia bertekad berusaha
memperbaiki situasi itu dan lambat laun, dengan jalan menonton dan mengubah
cara berdiri, dan sikap tubuh dan sikap mental terhadap penampilannya di
panggun, kondisi-kondisinya ternyata membaik. Dia mampu beraksi dan berbicara
di atas panggung dan menggunakan tubuhnya dengan cara yang alami dan lebih
santai.